Assalamu'alaikum Sahabat.
Kali ini saya mau menyampaikan kisah inspiratif. Datangnya dari zaman pertengahan dari daerah Andalusia.
Cerita ini saya dapat dari internet, dengan sedikit penyuntingan.
Semoga bisa bermanfaat buat sahabat yang membacanya, terutama buat diri saya sendiri.Himmatul rijal tasqutul jibal.
Selamat Membaca...!
Yang hendak saya tuturkan ini merupakan salah satu kisah nyata yang mengandung decak kagum dalam catatan panjang sejarah umat islam.
Kisah nyata berlatar Daulah Umawiyah II di ranah Andalusia. Sejarah meriwayatkan kepada kita...
Adalah tiga remaja yang bekerja sebagai tukang tarik himar atau keledai pikul.
Mereka menerima upah dari jasa mengangkut barang-barang orang dengan keledai mereka dari satu tempat ke tempat lain.
Pada suatu malam setelah membanting tulang seharian, ketiga remaja tanggung itu duduk-duduk bercerita selepas makan malam.
Salah seorang di antara mereka, Muhammad demikian namanya, berkata,
"Coba kalian bayangkan saya ini adalah khalifah ! Nah, apa permintaan kalian berdua ?"
Kedua temannya menyanggah,
"Hei Muhammad, tidak mungkin !"
Anggap saja saya ini betul-betul jadi khalifah !
" Salah seorang kawannya berkata, "Itu mustahil !"
Sementara yang kedua berkata, "Muhammad, kamu pantasnya hanya jadi penarik himar.
Jadi Khalifah ?!
Kamu tidak mungkin menjadi khalifah dan tidak pantas.
Kamu hanyalah penarik himar, tukang himar, titik !!
" Muhammad menanggapi, "Sudah kukatakan kepada kalian, anggap saja. Iya Anggap ! Bukan membicarakan mungkin atau tidak mungkin !"
"Nah, apa permintaanmu ?"
Kali ini Muhammad melemparkan pertanyaan kepada temannya yang pertama.
"Baiklah, Saya menginginkan kebun yang subur !"
Akhirnya dia menuruti Muhammad.
"Apa lagi ?"
"Kuda Satu Istal."
"Apa lagi ?" "Seratus orang budak wanita."
"Apa lagi Bung ?
"Seratus ribu Dinar emas."
"Apa Lagi ?"
"Itu saja, wahai Amirul mukminin"
Sementara percakapan berlangsung, Muhammad tenggelam dalam imajinasinya yang dipenuhi rasa optimis yang membara.
Ia membayangkan sedang menduduki kursi kekhalifahan.
Dia merasakan seolah sedang melimpahkan pemberian yang berlimpah, merasakan betapa bahagianya bisa membahagiakan orang lain, bisa memberi setelah selama ini hanya menerima dan menerima, membiayai orang lain setelah sebelumnya selalu berusaha mengais rezaki, merasa hebat memerintahkan ini dan itu padahal biasanya hanya menjalankan permintaan para pelanggan.
Masih dalam kondisi menikmati fantasinya itu, Muhammad pun menoleh kepada kawannya yang kedua kemudian berkata bak Khalifah, "Hei Bung, sekarang giliranmu.
Apa yang Kamu minta ?
" Kawan yang kedua berkata, "Muhammad, kamu hanya tukang himar, tukang keledai, tidak pantas menjadi khalifah !"
"Hei Kawan, sudah kubilang ini bukan yang sebenarnya, tapi hanya
"anggapan !"
Andaikan saya ini adalah Khalifah, apa yang akan kamu minta ?
" Muhammad tidak menyerah menghadapi olokan kawannya ini. "Meskipun langit runtuh menimpa bumi, Engkautidak akan sampai ke kursi kekhalifahan, paham ?!"
"Terserah kamu mau bilang apa, yang penting, apa yang kamu inginkan ?"
"Baiklah kalau begitu. Dengarkan baik-baik Muhammad ! Jika kamu jadi khalifah maka dudukkan saya di atas seekor keledai menghadap ke belakang. Lalu arak saya sepanjang jalan kota.
Perintahkan Juru Seru mengumumkan di sepanjang jalan.
Suruh Ia mengatakn ini
"Perhatian ! Perhatian ! Orang ini adalah Dajjal penipu ! Siapa yang berjalan bersamanya atau berbicara dengannya akan saya masukkan ke dalam penjara !"
Percakapan tiga sekawan kuli angkut itu pun berakhir sampai di situ pada malam itu. ...
Shubuh-shubuh sekali Muhammad telah bangun, lalu melakukan shalat sunnah Fajar. Setelah itu, dia tetap duduk sambil berpikir memutar otak mencerna kembali diskusinya semalam.
Benar, orang yang mengurus keledai tentu tidak akan sampai kepada kekhalifahan, demikian dia membatin.
Lalu dia pun memikirkan langkah pertama yang harus ditempuh untuk mewujudkan cita-citanya itu.
Akhirnya dia merasa yakin telah mendapatkan jawabannya.
Ya, yang dia putuskan pertama kali adalah menjual keledainya.
Setelah keledainya terjual, dia mulai mendekatkan dirinyake pusat kekuasaan.
Dia memutuskan untuk menjadi polisi kota.
Begitu diterima, Muhammad bekerja dengan sungguh-sungguh.
Pekerjaan kasar dan berat ketika menjadi tukang himar telah menempa dirinya menjadi pekerja keras.
Tradisi kerja kerasitu dia lanjutkan dalam menjalankan profesi barunya ini, ditambah juga dengan cita-citanya yang tinggi.
Kesungguhan ini membuat kagum orang-orang di sekelilingnya seperti atasan, rekan kerja, dan orang kebanyakan yang mengenalnya.
Karirnya melejit hingga Khalifah mengangkatnya jadi Kepala Kepolisian Andalusia.
Pada Saat menjabat Kepala Kepolisian itulah Khalifah Umawiya meninggal dunia digantikan oleh putra mahkota yang masih sangat belia, Hisyam al-Mu'ayid billah, yang masih berusia sepuluh tahun.
Memerhatikan situasi ini, para pejabat tinggi negara memutuskan membentuk dewan mandataris atau pelaksan tugas Khalifah dari unsur luar Bani Umayyah guna menghindari terjadinya perebutan kekuasaan dalam keluarga Umawiyah.
Akhirnya diangkatlah sang kepala polisi Muhammad bin Abi 'Amir, Ibnu Abi Galib, dan al-Mushafi untuk menerima mandat tersebut.
Dalam pelaksanaan tugas dewan tersebut, Muhammad bin 'AbiAmir tampil lebih dominan sehingga mendapat kepercayaan lebih dari ibunda Khalifah. Akhirnya urusan tersebut diserahkan sepenuhnya kepadanya.
Dia pun menetapkan kebijakan-kebijakan penting seperti larangan bepergian bagi Khalifah tanpa seizin dirinya dan memindahkan urusan-urusan kepemerintahan ke istananya.
Dia menata kembali angkatan bersenjata dan menjadikannya lebih kuat dari semula, lalu ia kerahkan bala tentara untuk melakukan berbagai ekspansi atau perluasan wilayah kekuasaan Bani Umawiyah.
Dia berhasil memenangkan berbagai pertempuran dan penaklukan secara gemilang, mengalahkan kehebatan raja-raja sebelumnya dari klan Umawiyah.
Bahkan sebagian ahli sejarah menganggap periode pemerintahannya tidak termasuk periode Umawiyah, melainkan sebagai era dinasti 'Amiriyah. Muhammad bin Abi 'Amir, tukang keledai pikul itu akhirnya benar-benar menduduki kursi kekhalifahan dengan menyandang gelar al-Hajid al-Mansur.
Tapi sahabat, kisahnya belum selesai sampai disini...
Pada suatu hari, tiga puluh tahun setelah memutuskan berhenti menjadi menjadi tukang himar, saat Muhammad bin Abi 'Amir yang bergelar al-Hajib al-Mansur berada di singgasananya, dia teringat kedua orang sahabatnya dulu.
Dia pun memerintahkan seorang prajurit untuk menemui mereka.
Dia pun menerangkan ciri-ciri kedua kawannya itu dan di tempat mana mereka dapat ditemukan.
Prajurit itu dapat menemukan kedua orang yang dimaksud tanpa harus bersusah payah mencari.
Persis seperti yang diceritakan al-Mansur, masih dua orang sahabatnya di masa lalu, masih di tempat yang dulu, masih dengan pekerjaan dan keahlian yang dulu.
Prajurit itu pun berkata kepada mereka, " Amirul Mukminin memanggil kalian berdua !
"Apa salah kami "
Kami tidak melakukan pelanggaran."
Jawab mereka
"Beliau memerintahkan kami untuk mencaridanmembawa kalian kehadapannya "
Tegas Prajurit itu Akhirnya kedua orang tukang himar itu mematuhi perintah.
Mereka takjub saat memasuki istana al-Mansur.
Mereka berdecak
"Dia kawan kita dulu, Muhammad." Muhammad al-Hajib al-Mansur berkata, "
Kalian kenal dengan saya ?
" Mereka kompak, "
Ya, tetapi kami khawatir Anda tidak lagi mengenali kami "
"Oh, saya tidak melupakan kalian."
Berikutnya, sambil memandang kepada hadirin yang ada di majlis itu, al-Mansur berkata,
"Tiga puluh tahun yang lalu, saya ,bersama kedua pria ini, bekerja sebagai tukang himar.
Pada suatu malam kami bertiga berbincang-bincang. Saya berkata kepada mereka,
"Jika aku adalah Khalifah, apa permintaan kalian ? "
dan masing-masing telah menyampaikan permintaannya.
Lalu dia memandang kepada laki-laki yang pertama,
"Apa yang telah kau minta, Fulan ?"
Dia mengingat dan mengulang jawabannya tiga puluh tahun yang silam,
"Kebun yang subur."
Al-Mansur pun berkata,
"Kebun ini, ini, dan ini sekarang menjadi hak milikmu !"
"Apa Lagi ?"
Kawan lamanya menjawab,
"Kuda satu istal."
Al-Mansur bertanya lagi,
"Apa lagi ?"
Dia segera menjawab,
"Seratus orang hamba sahaya perempuan."
"Apa lagi ?"
Jawabnya "Seratus ribu uang dinar emas.
" Al-Mansur pun berkata,
"Permintaanmu dikabulkan. Ada Lagi ?"
Orang itu pun menjawab,
"Itu saja, wahai Amirul Mukminin."
Tetapi al-Mansur menukas,
"Engkau juga akan mendapatkan tunjangan bulanan dan bebas menemuiku kapanpun kau mau !
" Selesai dengan yang pertama, al-Mansur pun menoleh kepada kawannya yang kedua,
"Apa yang telah engkau minta kepadaku ?
" Kawannya itu menjawab dengan kecut, " Maafkan saya, wahai Amirul Mukminin."
Al-Mansur menyela,
"Tidak, demi Allah saya tidak akan mengampunimu sampai engkau sampaikan di hadapan mereka semua !
" Orang itu berkata, "Ingat persahabatan kita, wahai Amirul Mukminin ?"
Tidak ! Sampai Engkau sampaikan kepada mereka !
Akhirnya laki-laki itu pun berkata,
Baiklah, saya dulu berkata bahwa jika Engkau menjadi Khalifah,
dudukkanlah saya di atas seekor keledai menghadap ke belakang.
Lalu arak sepanjang jalan kota.
Perintahkan Juru Seru mengumumkan di sepanjang jalan.
Suruh dia mengatakan ini,
"Perhatian ! Perhatian ! Orang ini adalah Dajjal penipu ! Siapa yang berjalan bersamanya atau berbicara dengannya, akan saya masukkan ke dalam penjara !
" Al-Hajib al-Mansur Muhammad bin Abi 'Amir pun bertitah,
"Penuhi permintaannya supaya dia ingat Innallaaha 'Ala Kulli Syay'in Qadir
(Sesungguhnya Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu).
Sahabat, Muhammad bin Abi 'Amir memulai cita-citanya dengan menjual keledainya.
Tapi bukan cuma keledainya, ia juga menjual beban-beban berat yang ada padanya yang juga dipikul oleh banyak orang seperti ungkapan saya tidak mampu, saya tidak pantas, saya tidak berguna, saya tidak bisa apa-apa, dan sejenisnya.
Dia menyingkirkan dan menukarnya dengan ungkapan,
"Saya bisa, In Syaa Allah !".
Oleh karena itu, jika Sahabat benar-benar ingin mewujudkan impian Sahabat, katakanlah dengan penuh keyakinan bahwa Sahabat pasti bisa, In Syaa Allah !
Selalu ingat bahwa Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. D
an janganlah melanggar rambu-rambu syariat Allah yang telah dipancangkanNya.
Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi
#majalah Qiblati